Senin, 25 Juni 2012

REGGAE NGGAK HARUS NGE-GANJA:


   
Kalau Kita bicara tentang musik, pasti tidak lepas dari yang namanya musik reggae. Pandangan negative banyak disematkan oleh kalangan awam tentang penikmat musik ini. Dengan dandanan yang terkesan ”slengek’an” ato lebih tepatnya urakan, musik ini sering diidentikan musik pinggiran.


Sekitar tahun 1986, musik reggae mulai dikumandangkan di negeri ini. Beberapa band seperti Black Company, Kemudian beberapa tahun kemudian muncul Asian Roots yang merupakan turunan dari band sebelumnya. Lantas ada pula Asian Force, Abresso dan Jamming. Dan pada akhirnya sekarang kita mengenal Tony Q, Steven & Coconutreez, Joni agung (Bali), New Rastafara, Ras Muhammad, Shaggy Dog Dan Masih Banyak Lagi band-band reggae yang bermunculan di negeri ini.



Dari kesan urakan yang dimunculkan dari musisi reggae, muncul anggapan bahwa reggae adalah musik pinggiran, lebih parahnya lagi musik ini diidentikan dengan narkoba. Tapi kalau kita dengarkan lagi musik2 yang dikumandangkan musisi reggae tanah air, yang lebih menceritakan tentang efek sosial dan menitikberatkan pada suasana cinta damai. Seperti halnya steven coconutreez, band reggae Indonesia yang paling digandrungi anak muda saat ini, mereka lebih memilih tema cinta damai. Dan terkadang mereka juga masuk kejajaran sosial masyarakat sekitar.


Bila dilihat dari sejarah musik ini, memang sangat identik dengan ‘ital’ –Ganja—sebut saja lagu Petertosh Let Jah Be praised, Mystic man, Legalized it dll. Yang begitu mengagungkan ganja sebagai alat seorang rastaman bersatu dengan Jah atau tuhan mereka. Memang tidak bisa dipungkiri pandangan negatif tentang musik ini berawal dari histori tersebut. Diperkuat lagi seorang Peter Tosh dan Bob Marley, yang dalam lirik lagu2nya selalu berbau ganja. Ini adalah pandangan mereka bahwa ganja adalah suatu jalan menuju kedamaian batin, disamping itu anggapan sebuah budaya afrika yang menurut mereka sebagai sesuatu yang harus dirangkul kembali.


Untuk saat ini memang anggapan seperti itu harus segera dihapuskan. Musisi reggae bahu-membahu menghilangkan idiom tersebut. Dalam sebuah lirik lagu reggae dari Tony Q Rastafara, disebutkan dengan jelas bahwa reggae tidak harus gimbal, reggae gak harus maganjo, reggae adalah music pecinta damai.


Untuk lebih jelasnya, kita cermati lirik lagu “cinta damai” yang dipopulerkan oleh Steven & coconutreez ini :

“. . . adakah sedikit waktu bicara tentang cinta

Daripada kau saling menghina dan tanpa tenggang rasa

adakah sedikit waktu bicara tentang damai

Daripada kau saling menghina dan tanpa tenggang rasa

adakah sedikit waktu bicara tentang Rasta
Daripada kau saling menghina dan tanpa tenggang rasa. . .”


So,,
No ganja, No Narkoba . . . .
Maju Terus reggae Indonesia !!!!

Tidak ada komentar: